Format Analisis Cerpen “Surat untuk Nining”

                            

No	Unsur Intrinsik (Tokoh)	Petikan	Refleksi Kehidupan Sosial
			Ekonomi	kriminal	Kemiskinan	Pengangguran	Pendidikan
1	Mira	Sekalian bacakan surat ini untuk ibu dan Ewis.  Agar tak perlu merepotkan dirimu di lain waktu, ajarilah Ewis baca tulis.					Ö
		Dari uang itu, sekolahkan Ewis.					Ö
		Kasihan bila tahun ini pun ia harus menunda sekolah hanya karena ibu belum beroleh kerja tetap.	Ö
		Wanita itu mengira kita hendak menjilat uang bapak. Tapi bila Ewis sendiri ingin pergi ke rumah mereka sebab di sana terdapat berlimpah makanan, apa boleh buat, izinkanlah dia ke sana.  Biarpun nanti dikenyangkan caci- maki anak-anak Bu Juita, toh Ewis tak paham benar artinya.			Ö
		Kata Mama Flora, gajiku di sana sama banyak dengan gaji bapak-bapak menteri!  Wah, tak rugi, bukan, kita tak bersekolah sampai tamat? Lihat saja si Irham anak sulungnya Pak Lurah itu.   Jauh-jauh kuliah sampai ibukota, balik ke kampung hanya jadi pegawai negeri sipil. Memang dia pakai seragam rapi dan pantofel mengilap setiap hari, tapi apakah dalam sebulan ia dapat mengantongi uang puluhan juta (sebanyak gajinya bapak-bapak menteri)?	Ö
		Jangan cemas, Ning.   Kelak ketika uang di rekening Teteh menumpuk, kamu boleh lanjut ke SMA.  Kemungkinan Teteh pun akan lanjut kuliah.  Mau ambil fakultas ekonomi supaya nanti Tetehmu ini bisa jadi wanita karier yang bisa menumpuk lebih banyak uang di nomor rekening.	Ö
		Bila kami berulah tak selaras kehendak hati mereka, plak! Tak pelak pipi kami kena damprat.  Ning, bukan maksud Teteh membuatmu cemas.  Sudah, sudah, apalah artinya didamprat, ditabok, atau diludahi sekalipun, bila sebentar lagi Tetehmu ini akan meraup uang banyak.	Ö
		Sampai Teteh dapat bekerja dan minimal dapat sekolahkan Ewis (kita berdua biarlah tak perlu sekolah dan kuliah dulu), Teteh masih tak punya muka untuk pulang ke rumah.					Ö
		Hanya karena kita miskin, bukan berarti kita pantas menghujat orang kaya, Ning.  Itu namanya dengki.  Bila sudah miskin, pandai menghujat pula, kita akan semakin tak berarti.			Ö
2	Mama Flora	Takut andai mereka sama galak dengan Mama dan Mami.  Terhadap dua orang itu saja sudah tak terukur besar ancaman yang mungkin Teteh dapat dari kesalahan berucap,…		Ö
		Sejujurnya berada di gudang Mama Flora selama seminggu saja sudah membuat Teteh tak tahan.		Ö
		Itulah sebab kami takut kepada wanita-wanita bertampang bidadari itu melebihi takut kami kepada genderuwo.		Ö
3	Mami	Mami memandangi kami satu persatu, dari ujung jemari kaki sampai ubun-ubun.  Sesekali Mami menyentuh wajah kami dengan menekan dua bilah pipi.  Dia membolak-balik wajah kami sambil matanya memicing.  Gelagatnya seperti sedang memeriksa barang dagangan yang hendak dijual, apakah bercacat, apakah tepat sempurna.		Ö
		Takut andai mereka sama galak dengan Mama dan Mami.  Terhadap dua orang itu saja sudah tak terukur besar ancaman yang mungkin Teteh dapat dari kesalahan berucap,…		Ö
		Itulah sebab kami takut kepada wanita-wanita bertampang bidadari itu melebihi takut kami kepada genderuwo.		Ö
4	Ewis	Ewis bertanya berapa jumlah uang yang kudapat dari kantong celana Teh Mira.	Ö
5	Nining	Ini hanya surat, bukan uang.  Masih kecil sudah mata duitan, kataku.	Ö
6	Ibu	Padahal ibu berniat menyuruhmu menyusul Teteh andai Teteh telah cukup mapan di negeri orang.  Ibu bahkan rela ditinggal sendiri asal kita berdua bisa mapan di sana.			Ö

 

 

 

 

 

 

 

 

No	Petikan	Nama Latar	Jenis Latar
			Tempat	Waktu	Suasana
1	Pada malam sebelum berangkat, percaya tidak, Ning, Tetehmu yang berusia sembilan belas tahun ini kembali berusia lima belas hanya dalam semalam.	Malam		Ö
2	Pagi hari Mami datang ke rumah (gudang) Mama Flora.	–   Pagi hari   –   Rumah (gudang)	Ö	Ö
3	Teteh menulis surat ini dari dalam kamar tidur sempit di rumah majikan Teteh di negeri asing, di bawah temaram lampu yang sesekali mati, jauh dari pandang mata buas Mama dan Mami, meski betapa kini Teteh berada dalam sarang burung nasar.	–    Kamar tidur   –    Rumah majikan     –    Di negeri asing   –    Temaram lampu   –    Jauh dari pandang mata buas Mama dan Mami   –    Sarang burung nasar	Ö Ö Ö         Ö		Ö   Ö
4	…Teteh bertahan meski setiap malam harus tidur di atas genangan air mata.	–    Malam   –    Di atas genangan air mata		Ö	Ö
5	Singkat kata, Tetehmu dipekerjakan pada sebuah keluarga kelas menengah.	pada sebuah keluarga kelas menengah	Ö
6	Suatu hari ia pulang dan mendapati rumah tengah melompong.	–   Suatu hari   –   Rumah   –   Tengah melompong	Ö	Ö	Ö
7	Suatu hari ia menyelinap masuk kamar tidur Teteh.	–   Suatu hari   –   Kamar tidur Teteh	Ö	Ö
8	Kami bergeming di dalam ambulans yang bertolak membawa kami dari bandara menuju rumah.	–   Di dalam ambulans   –   Dari bandara	Ö Ö